ARTICLE AD BOX
DENPASAR, NusaBali
Longsor di kawasan Jalan Kendedes 1, Banjar Pagan Gede, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara, Kota Denpasar, Senin (20/1) pagi memakan korban jiwa. Sebanyak 5 orang tewas tertimbun senderan yang longsor saat berada di kamar kosnya. Selain itu 1 orang mengalami luka berat dan 2 orang luka ringan. Longsor dengan ketinggian sekitar 10 meter dengan lebar 5 meter tersebut diketahui terjadi pagi hari. Saat kejadian, sebanyak 8 orang tersebut masih berada dalam kamar kos.
Salah satu penghuni kos yang berada dekat lokasi kejadian, Riskiadita,27, mengungkapkan kejadian tersebut diketahui pukul 06.15 Wita. Suara gemuruh terdengar keras dari belakang tembok kamar kosnya. Mendengar gemuruh tersebut, Riski bersama anak dan istrinya berlarian keluar bersamaan dengan penghuni kos lain. Setelah itu, terdengar jeritan orang minta tolong. Lalu setelah beberapa menit jeritan tersebut melemah dan hilang.
Ternyata, penghuni kos di belakang kamar kosnya tertimbun longsor. Dia mengatakan salah satu korban sempat lari namun kakinya tertimpa bebatuan. "Kos saya sama mereka (korban) beda tempat. Cuman kan tembok berdempetan, tepat di belakang kamar saya," jelas pria asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini saat ditemui di Lokasi kejadian.
Riskiadita mengungkapkan, senderan yang longsor baru selesai dibangun. "Saya sebenarnya sudah firasat bakal tidak kuat senderan itu," ujarnya. Kata dia, saat kejadian tidak ada hujan. Tetapi, malam sebelumnya hujan deras yang kemungkinan membuat senderan terlalu berat. "Hujan semalaman, saya sama istri sebenarnya sudah waswas tidak bisa tidur," imbuhnya.
Sementara, pemilik tanah/kos Made Suardana bersama adiknya Ketut Suarka terlihat di lokasi kejadian, Senin kemarin. Dia mengatakan tanah di belakang kos-kosan tersebut memang disender karena sudah pembagian tanah dengan saudaranya. Kos-kosan tersebut sempat lama kosong. Kata dia kos-kosan ini baru diisi beberapa waktu lalu berisikan 8 orang. Mereka semua merupakan buruh bangunan yang menempati kos-kosan dengan 6 kamar tidur tersebut. "Baru beberapa hari mereka di sini. Itu yang di belakang memang disender saudara rencana buat rumah di atas, tapi ternyata begini," ungkapnya.
Informasi lain dari sejumlah sumber menyebutkan tanah kos yang longsor itu adalah milik I Made Suardana. Namun tanah itu disewa oleh Moenasri. Tanah yang agak curam itu ditimbun tanah lalu dibangun kos-kosan.
Sementara Sauri yang mengaku teman dari beberapa korban itu mengatakan mereka baru tiga hari lalu pindah kos ke Ubung Kaja. Dia mengatakan, 6 korban (meninggal dan luka) merupakan warga asal Magetan, dan dua lainnya dari Malang. Mereka hanya tidur di kos tersebut sebab semuanya bekerja sebagai buruh proyek. "Tidur saja di sini, karena mereka kerja proyek. Ada yang kerja di Ubud, juga di Canggu,” katanya. Sauri menambahkan, untuk jenazah korban ini rencananya akan dibawa pulang ke kampung halaman.
Masyarakat sekitar lokasi kejadian yang berdekatan dengan Kantor Desa Ubung Kaja, Denpasar ini melakukan evakuasi awal beberapa korban tanah longsor setelah mendengar teriakan minta tolong. Seorang anggota Linmas Desa Ubung Kaja, Sulastra mengatakan awalnya dia sedang bertugas menyeberangkan warga di depan kantor desa dan sekitar pukul 07.30 Wita, tiba-tiba melihat tanah longsor di dataran tinggi tepat di depan kantor.
“Longsornya tidak sampai ke jalan, tapi kedengaran gemuruh tanah ambruk dan debunya banyak, orang proyek (teman korban) sama saya ikut bantu karena ada yang minta tolong,” kata dia. Sulastra juga segera menghubungi BPBD dan Basarnas Bali, sebab kondisi tanah menghancurkan bangunan kos membuat masyarakat kesulitan melanjutkan evakuasi mandiri. Anggota linmas itu tidak menduga terjadi longsor sebab saat kejadian tidak ada hujan, tapi hujan lebat terjadi pada malam harinya.
Sementara itu rekan pekerja bangunan dari para korban bernama Edi Sunarjo mengaku awalnya hendak menjemput teman-temannya menuju proyek, namun mendapat kabar terjadi longsor. “Kabar dari teman-teman proyek, itu tadi pagi ngumpul mau berangkat kerja, kami datang jam 8, sudah tertimpa semua, cuma ketemu dua orang, satu meninggal, satu luka-luka,” kata dia. Edi mengatakan total delapan orang rekannya berada di rumah kos dua kamar itu, mereka berasal dari Jawa Timur, dan berpindah-pindah kos sesuai proyek yang dikerjakan. Di Jalan Kendedes I, Desa Ubung Kaja, mereka baru menetap sekitar dua minggu dan tidak memprediksi akan terjadi bencana tanah longsor.
Lima orang korban meninggal dunia berhasil dievakuasi oleh tim gabungan dari TRC BPBD Kota Denpasar, Damkar Kota Denpasar, Basarnas Bali,TNI, Polri, Aparat Desa Ubung Kaja, PMI Kota Denpasar, Satpol PP Denpasar, Dinsos PUPR Kota Denpasar dan PUPR Provinsi Bali.
Petugas kerahkan alat berat untuk lakukan evakuasi korban. –YUDA
Korban meninggal telah dievakuasi, yakni Didik,25, asal Desa Pragak, RT 27, Dusun Dukuh Sruwuh, Kelurahan Pragak, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, jenazahnya dibawa ke RSU Surya Husada. Kemudian Dwi,27, asal Desa Pragak, RT 27, Dusun Dukuh Sruwuh, Kelurahan Pragak, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan, jenazahnya dibawa ke RSUP Prof Ngoerah Denpasar. Kemudian ada Syarif,27, asal Desa Pragak, RT 27, Dusun Dukuh Sruwuh, Kelurahan Pragak, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan. Kemudian Kresono,27, asal Desa Pragak, RT 27, Dusun Dukuh Sruwuh, Kelurahan Pragak, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan, jenazahnya dibawa ke RSUP Prof Ngoerah dan Wito,50, asal Malang, Jawa Timur yang ditemukan paling terakhir pukul 16.00 Wita. Jenazah langsung dibawa ke RSUP Prof Ngoerah.
Sementara itu, korban luka berat dirujuk ke RS Surya Usadha yakni Abdul Rochim,33, asal Jawa Timur (Alamat lengkap belum terkonfirmasi) mengalami dislokasi, luka robek di kepala. Lalu ada Renaldi Gunawan,24, asal Jawa Timur (Alamat lengkap belum terkonfirmasi) yang mengalami luka robek jari tangan. Terakhir Aldi Rama Afandi,21, asal Jatisrono Timur 7/24, Ujung, Semampir, Surabaya, Jawa Timur yang juga mengalami luka robek di kepala.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Denpasar, Ida Bagus Joni Ariwibawa mengatakan pihaknya melakukan evakuasi bersama tim TRC pada pukul 08.00 Wita. Evakuasi pertama kepada 4 orang, 1 di antaranya meninggal dunia dan 3 lainnya luka-luka. Korban meninggal kedua dievakuasi dengan cara manual pukul 11.00 Wita, lalu korban meninggal ketiga ditemukan dan dievakuasi pukul 11.30 Wita. Sementara dua korban meninggal lainnya harus dilacak dan digali dengan bantuan anjing pelacak dan ekskavator. “Korban keempat ditemukan pukul 15.30 Wita, sementara korban kelima yang juga sudah meninggal dievakuasi pukul 16.00 Wita,” ungkap Ida Bagus Joni.
Kata dia penyebab tanah longsor diduga karena tanah labil dan hujan yang mengguyur Denpasar pada Minggu sore. “Kami evakuasi mulai pukul 08.00 Wita. Korban ditemukan terakhir langsung dibawa ke RSUP Prof Ngoerah,” imbuhnya. Pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan terkait peristiwa tersebut. Dugaan awal longsor itu terjadi akibat senderan tembok di belakang kos tersebut longsor. Bencana alam telan korban jiwa ini menjadi perhatian pihak kepolisian. Kapolda Bali Irjen Pol Daniel Adityajaya langsung turun ke TKP. Kapolresta Denpasar Kombes Pol Muhammad Iqbal Simatupang juga turun langsung pimpin personelnya melakukan evakuasi para korban. "Pencarian para korban melibatkan tim SAR gabungan dari Basarnas Denpasar, Polresta Denpasar, TNI, BPBD, PMI Kota Denpasar, Tim SAR Dit Samapta dan Brimob Polda Bali, Damkar serta instansi pemerintah Kota Denpasar lainya," ungkap Kapolresta Denpasar Kombes Pol Muhammad Iqbal Simatupang.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali, I Made Rentin mengatakan estimasi nilai kerusakan akibat bencana tanah longsor di Bali selama seminggu terakhir sebesar Rp108 juta. Selain bencana longsor di Klungkung dan Denpasar yang menyebabkan korban jiwa, sejak sepekan terakhir juga terjadi bencana tanah longsor di sejumlah wilayah, seperti di Kabupaten Bangli (1 titik), Kabuapten Gianyar 1 titik, Kabupaten Buleleng 5 titik, Kabupaten Tabanan (1 titik), dan Kabupaten Karangasem (2 titik).
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (PUPRKIM) Provinsi Bali, Nusakti Yasa Wedha mengatakan penyebab utama maraknya tanah longsor di Bali antara lain disebabkan curah hujan tinggi. “Intensitas hujan yang tinggi meningkatkan volume air dalam tanah, yang dapat memicu pergerakan tanah dan menyebabkan longsor,” ujarnya. Hal itu diperparah dengan maraknya alih fungsi lahan. Kata Nusakti, adanya perubahan penggunaan lahan dan pembangunan yang tidak memperhatikan tata ruang, mengakibatkan berkurangnya area resapan air dan meningkatkan risiko longsor. Nusakti menambahkan, adanya pelanggaran tata ruang juga menjadi sebab tanah longsor. Adanya pembangunan yang tidak sesuai dengan peruntukan lahan, seperti menutup alur sungai atau mendirikan bangunan di area rawan longsor, memperparah dampak bencana alam.
“Oleh karena itu, diperlukan pengendalian dalam pemanfaatan ruang dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan guna meminimalkan risiko bencana,” tandasnya. 7 mis, pol, adi