Atap Bambu Penglipuran Laku karena Natural

2 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
Tidak saja digunakan oleh warga setempat, atap ini mulai banyak digunakan untuk  atap fasilitas kepariwisataan. Antara lain, vila dan banguan wisata sejenisnya. Untuk penjualan ke luar daerah, atap bambu dari Penglipuran sampai dikirim ke Surabaya, Jakarta. Bahkan ekspor sampai ke Malaysia. “Nggih, memang sampai ke Malaysia,” ujar I Nengah Andru, salah seorang pembuat atap bambu Penglipuran, Jumat (31/1).

Bersama I Wayan Sabar, Nengah Andru menuturkan bambu atau tiying jajang aya, jenis bambu yang kualitasnya bagus sebagai atap. “Minimal bisa bertahan hingga 15 tahun,” ujar Sabar.

Nengah Andru dan I Wayan Sabar menjamin atap dari bambu anti bocor. Karena pemasangan atap bambu pada prinsipnya sama dengan pemasangan atap genteng. Sedemikian rupa, saling menutupi celah pada pinggirannya, sehingga kalau umpamanya hujan, air tak sampai merembes ke bawah. Namun langsung mengalir ke samping bawah mengikuti kemiringan atap. “Di sini (di Penglipuran, angkul-angkul, bale dan paon, wajib gunakan atap bambu,” terang Sabar.

Kelebihan lain dari atap bambu adalah makin lama makin ringan karena makin mengering. “Pada awalnya saja agak berat, mungkin karena kadar airnya masih ada,” terangnya. Namun setelah itu akan semakin ringan.

Ukuran atap bambu bervariasi. Mulai dari panjang 30 cm, 40 cm, 50 cm dan 60 cm. Itu mengacu pada fungsinya. Untuk sineb(penutup) atas ukuran 50 cm. Sedang ke bawahnya makin panjang sampai maksimal panjang 60 cm. Sedang lebar atap bambu antara 4 cm – 5 cm. Harganya berkisar Rp 600.000 per setiap seribu biji.

“Bahan baku bambu tersedia. Selain di Penglipuran, juga didatangkan dari desa-desa tetangga,” ujar Sabar. Tambahnya, kesan natural itulah kelebihan atap bambu dibandingkan dengan atap berbahan lain.7k17
Read Entire Article