ARTICLE AD BOX
Putra tunggal almarhum yang juga Wakil Ketua DPRD Bali periode 2024–2029, I Wayan Disel Astawa, menjelaskan bahwa prosesi tersebut dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap rangkaian hari besar umat Hindu yang akan berlangsung.
“Upacara yang saya lakukan pada hari ini adalah nitip di Ibu Pertiwi. Kenapa saya lakukan seperti itu? Karena saya menghormati adanya suatu kegiatan keagamaan umat Hindu sebentar lagi ada Purnama Kedasa, Upacara Bhatara Turun Kabeh, lalu Galungan dan Kuningan,” ujarnya pada Selasa siang.
Disel Astawa menegaskan bahwa keputusan ini merupakan hasil kesepakatan keluarga, agar prosesi penghormatan tetap berjalan dengan khidmat, meski upacara pengabenan almarhum akan dilaksanakan pada 2026. Dia berharap prosesi tersebut dapat dilakukan dengan baik dan sesuai dengan harapan almarhum.
Masih dalam keadaan berduka, Disel Astawa mengenang peran besar sang ayah dalam perjalanan hidup dan karier politiknya. Bendesa Ungasan ini menyebut almarhum sebagai sosok panutan yang selalu memberikan dukungan moral dan moril. “Orang tua saya sangat memberikan support tinggi sejak saya sekolah hingga terjun ke dunia politik. Secara moral dan moril, beliau selalu mendukung apa yang menjadi kepentingan saya pribadi, keluarga,” ungkapnya.
Dengan tegar, Disel Astawa menyampaikan betapa kehilangan yang dia rasakan sangat mendalam. “Kalau toh umur itu bisa dibeli saya berharap orang tua saya masih hidup, karena saya sebagai anak tunggalnya tidak mungkin bisa melakukan seperti apa yang bisa dia lakukan kepada diri saya. Karena dia memiliki jiwa yang sangat strong (kuat), semangat, baik moral moril yang saya sampaikan tadi,” ucapnya.
Ketua DPC Gerindra Badung itu juga menyinggung latar belakang sejarah keluarga, yang berasal dari baris Promega, yakni sebagai salah satu tokoh yang memiliki kiprah panjang dalam dunia politik Bali di zaman Orde Baru dari PDIP. Namun dia menyadari, seiring perubahan zaman, perlu ada penyesuaian tanpa melupakan akar tradisi.
“Dari sisi sejarah, orang tua dan keluarga saya berasal dari baris proMega. Tapi seiring dengan adanya globalisasi, kita harus bisa mengikuti irama zaman. Saya tetap hormat dengan apa yang pernah saya lakukan sebelumnya, namun karena sistem dan hal-hal yang terjadi, saya harus pindah,” katanya.
Menurutnya, esensi dari perjuangan politik bukan pada tempat atau kelompok, melainkan pada komitmen untuk mensejahterakan masyarakat. Lanjut dia, yang terpenting dalam berpolitik adalah memperjuangkan kepentingan masyarakat, memperjuangkan aspirasi rakyat, sehingga cita-cita bisa tercapai. Disel Astawa berharap dia agar bisa mewarisi semangat dan kekuatan jiwa sang ayah. “Beliau ini guru, penasehat, orang tua, semuanya bagi saya. Dengan kepergian beliau, saya harus banyak belajar agar memiliki kekuatan jiwa seperti beliau, sehingga saya bisa meneruskan cita-citanya,” harapnya.
Disel Astawa juga menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan doa dan penghormatan atas kepergian sang ayah. Dia menyebut dukungan tersebut sebagai nilai yang tak akan pernah ia lupakan.
“Mewakili keluarga, saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh sahabat, kawan, dan pejabat yang memberikan doa restu atas kepergian orang tua saya. Semoga semua mendapat kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan nyata,” ucapnya. 7 ol3