Ogoh-Ogoh ‘Wanara Konyer’ Dihadirkan di Banjar Pande Cempaga Bangli

1 day ago 1
ARTICLE AD BOX
Dede menjelaskan bahwa dirinya berkecimpung dalam dunia seni karena pengaruh keluarga dan tradisi di Banjar Pande yang dikenal sebagai perajin perak. "Tahun ini merupakan pengalaman pertama saya menjadi arsitek Ogoh-Ogoh. Sebelumnya, saya pernah membantu membuat tapel dua tahun lalu," kata dokter hewan lulusan Universitas Udayana, Selasa (21/1/2025).

Tema "Wanara Konyer" yang berarti kera mabuk dipilih untuk menggambarkan fenomena sosial saat ini, seperti mabuk cinta yang melupakan logika, mabuk ketampanan atau kecantikan, hingga mabuk harga.
"Bukan hanya soal mabuk alkohol, tema ini mencerminkan berbagai perilaku manusia yang kehilangan kendali akibat obsesi tertentu," ujar Dede.



Dalam menyambut Tahun Baru Caka 1947, Dede menyampaikan bahwa persiapan Ogoh-Ogoh telah dimulai meski belum ada kepastian terkait lomba di Kabupaten Bangli. "Kami tetap berupaya menyelesaikan Ogoh-Ogoh ini dengan maksimal. Selain itu, beberapa minggu ke depan banyak hari raya, sehingga persiapan kami perlu diperhatikan secara matang," imbuhnya.

Tahun ini, STT Tri Kaya Sudha Paramartha kembali menggunakan bahan ramah lingkungan untuk pembuatan Ogoh-Ogoh. Menurut Dede, hal ini mendukung pengurangan sampah dan menghasilkan abu yang dapat dijadikan pupuk setelah pembakaran.

"Kami ingin proses pembuatan Ogoh-Ogoh bukan hanya sebagai ajang kreatif, tetapi juga sarana refleksi diri (ngulat sarira). Ogoh-Ogoh harus menjadi simbol pemersatu, bukan pemecah belah," katanya.

Anggaran pembuatan Ogoh-Ogoh ini diperkirakan mencapai Rp15-20 juta. Dede juga menekankan pentingnya makna ulatan dalam proses tersebut. "Ngulat bukan hanya soal bambu yang dirangkai, tetapi harus menjadi pelajaran hidup sehari-hari," tambahnya.

Keunikan Payasan Perak

Ogoh-Ogoh Banjar Pande menonjolkan ciri khas pada payasannya. Sesuai dengan tradisi seni perak di Banjar ini, payasan Ogoh-Ogoh dibuat dengan motif perak yang dimodifikasi menggunakan kornis dan clay agar terlihat tiga dimensi. "Payasan perak memiliki bentuk yang lebih timbul dibandingkan payasan jawan. Hal ini menjadi ciri khas dan keunikan Ogoh-Ogoh kami," jelas Dede.

Terkait penggunaan sound system dalam parade Ogoh-Ogoh, Dede memaklumi penggunaannya bagi kelompok yang tidak memiliki gamelan. Namun, ia berharap penggunaan gamelan tradisional tetap menjadi prioritas agar budaya Bali tetap terjaga.

"Semoga pelaksanaan Tahun Baru Caka 1947 ini menjadi momen penuh pelajaran dan kenangan berkesan. Kami ingin Ogoh-Ogoh menjadi simbol kreativitas sekaligus persatuan bagi seluruh anggota STT," pungkasnya. *m03

Read Entire Article