ARTICLE AD BOX
Dalam Rakor Percepatan Pelaksanaan Program Pembangunan Bali 2025-2030 di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Niti Mandala, Jumat (11/4/2025), Koster mengatakan arah pembangunan Nusa Penida tidak jelas karena belum direncanakan secara menyeluruh.
“Sekarang semrawut, kacau balau. Di sini begitu, di situ begitu, tidak tertata,” ungkap Koster.
Di samping itu, Nusa Penida memiliki pura-pura yang sangat disucikan umat Hindu setempat maupun Bali daratan. Kesemrawutan pembangunan karena kelowongan perencanaan menyeluruh ini dikhawatirkan merusak Nusa Penida sebagai pulau spiritual sekaligus daya tarik pariwisata.
Sejak masa kampanye Pilgub Bali 2024, Koster telah menyodorkan wacana masterplan Nusa Penida ini untuk menjaga pariwisata di pulau terbesar kedua di Provinsi Bali tersebut dari praktik-praktik eksploitasi. Menjaganya dari praktik pembangunan ugal-ugalan tanpa melihat ruang dan kultur sekitarnya.
“Merancang dan mengkaji masterplan Nusa Penida, ditugaskan kepada Tim Unud (Universitas Udayana), supaya Nusa Penida ini terarah dan tertata konsep pembangunannya,” imbuh Koster.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) dan Kawasan Permukiman Provinsi Bali Nusakti Yasa Wedha menuturkan bahwa di dalam rancangan masterplan Nusa Penida tersebut, PUPR punya tiga gawe prioritas yakni infrastruktur jalan, penataan kawasan, dan air bersih.
“Dari sisi kami, sesuai wacana yang sudah ada, rencananya akan membangun jalan lingkar dan penataan beberapa kawasan, kemudian penyiapan air bersih,” tegas Nusakti, ditemui usai rakor, Jumat siang.
Rancangan infrastruktur jalan lingkar Nusa Penida, kata Nusakti, sudah ada sejak lama namun masih perlu pendetailan. Rencananya, akses jalan yang melingkari Nusa Penida ini terbentang sejauh 30 kilometer untuk mendukung kegiatan pariwisata dan mobilitas masyarakat setempat.
“Anggarannya tentu, baik dari Pusat, dari APBD provinsi maupun kabupaten/kota,” tandas Nusakti. *rat
“Sekarang semrawut, kacau balau. Di sini begitu, di situ begitu, tidak tertata,” ungkap Koster.
Di samping itu, Nusa Penida memiliki pura-pura yang sangat disucikan umat Hindu setempat maupun Bali daratan. Kesemrawutan pembangunan karena kelowongan perencanaan menyeluruh ini dikhawatirkan merusak Nusa Penida sebagai pulau spiritual sekaligus daya tarik pariwisata.
Sejak masa kampanye Pilgub Bali 2024, Koster telah menyodorkan wacana masterplan Nusa Penida ini untuk menjaga pariwisata di pulau terbesar kedua di Provinsi Bali tersebut dari praktik-praktik eksploitasi. Menjaganya dari praktik pembangunan ugal-ugalan tanpa melihat ruang dan kultur sekitarnya.
“Merancang dan mengkaji masterplan Nusa Penida, ditugaskan kepada Tim Unud (Universitas Udayana), supaya Nusa Penida ini terarah dan tertata konsep pembangunannya,” imbuh Koster.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) dan Kawasan Permukiman Provinsi Bali Nusakti Yasa Wedha menuturkan bahwa di dalam rancangan masterplan Nusa Penida tersebut, PUPR punya tiga gawe prioritas yakni infrastruktur jalan, penataan kawasan, dan air bersih.
“Dari sisi kami, sesuai wacana yang sudah ada, rencananya akan membangun jalan lingkar dan penataan beberapa kawasan, kemudian penyiapan air bersih,” tegas Nusakti, ditemui usai rakor, Jumat siang.
Rancangan infrastruktur jalan lingkar Nusa Penida, kata Nusakti, sudah ada sejak lama namun masih perlu pendetailan. Rencananya, akses jalan yang melingkari Nusa Penida ini terbentang sejauh 30 kilometer untuk mendukung kegiatan pariwisata dan mobilitas masyarakat setempat.
“Anggarannya tentu, baik dari Pusat, dari APBD provinsi maupun kabupaten/kota,” tandas Nusakti. *rat