Peternak Minta Bantuan Mesin Pengolah Kotoran Sapi

1 day ago 1
ARTICLE AD BOX
Padahal permintaan pupuk organik cukup tinggi di Kecamatan Marga. Ketua Kelompok Ternak Pangkaja Wayan Suana mengungkapkan karena keterbatan mesin pengolahan, sebulan hanya bisa menghasilkan 2 karung pupuk organik. "Ini pun tidak bisa dijual, karena hanya dipakai kelompok untuk dibawa ke pertanian dan perkebunan masing-masing," ujarnya.

Kata dia, pupuk organik ini cukup menjanjikan. Karena per kilogram dipatok harga Rp 1.000. "Dengan alat yang memadai, kami bisa meningkatkan kapasitas produksi sekaligus mempercepat proses pengolahan. Kotoran sapi ini sangat membantu menyuburkan tanah dan sudah dimanfaatkan oleh kelompok pertanian setempat,” papar Suana.

Disebutkan, Kelompok Pangkaja berdiri pada Juni 2023. Saat ini kelompok memiliki 16 ekor sapi, terdiri dari 8 ekor sapi milik kelompok dan 8 ekor lainnya milik pribadi anggota. “Kami sangat membutuhkan alat pengolahan kohe seperti mesin penghancur. Saat ini, kami masih mengolah secara manual, mulai dari proses fermentasi hingga pengayakan. Cara ini sangat menguras tenaga,” akunya. 

Menurutnya, proses pengolahan kotoran sapi ini memakan waktu cukup lama. Untuk satu olahan sebanyak 2 ton,  memerlukan waktu fermentasi sekitar 21 hari, ditambah pengeringan selama 21 hari sebelum siap diayak dan digunakan untuk pertanian. "Dengan pengolahan manual pupum yang dihasilkan terbatas hanya 2 karung dalam satu bulan. Jadi kami sangat mengarapkan mesin pengolahan supaya dapat meningkat produktifitas pupuk organik," harapnya. 

Suana mengakui sudah berkoordinasi dengan Dinas Peternakan dan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Tabanan terkait pengadaan mesin pengolah. Suana berharap pemerintah daerah dapat segera merealisasikan bantuan tersebut. “Kami tidak bisa hanya mengandalkan sapi yang ada sekarang. Potensi besar ini harus dikelola lebih baik agar manfaatnya bisa dirasakan secara maksimal,” tandasnya.7des
Read Entire Article