ARTICLE AD BOX
Menurut Desak Rita, setiap negara yang jadi peserta memiliki atlet andalan masing-masing. Dia yakin mereka sudah mempersiapkan diri dengan semaksimal mungkin sehingga persaingan akan semakin ketat. Hal itu juga sama dengan yang dilakukan atlet tim panjat tebing Indonesia.
"Jadi, seluruh atlet yang ikut bertanding di Bali nanti mempunyai peluang untuk menjadi juara," kata Desak Rita, di sela-sela menjalani latihan dalam pemusatan latihan nasional (Pelatnas) di Bekasi, Jawa Barat, Kamis lalu.
Atlet speed climbing itu menjelaskan, negara seperti Amerika Serikat (AS), Prancis, Polandia, China, begitu juga Indonesia memiliki tradisi juara yang intens sehingga peta kekuatannya relatif merata. Ditambah, negara-negara Asia lainnya juga jauh berkembang, seperti Jepang, Korea Selatan, Thailand, dan lainnya.
Untuk itu, lanjut Desak Rita, yang perlu dilakukan adalah fokus kepada persiapan diri masing-masing guna menghindari kesalahan saat memanjat. Sebab, lawan terberat ada dalam diri sendiri agar bisa mengontrol dan tidak terbawa emosi.
"Setiap atlet tidak boleh terlalu percaya diri (overconfidence), karena itu juga tidak bagus," ujar perempuan 24 tahun asal Buleleng itu.
Indonesia berencana memanfaatkan kuota atau jatah maksimal sebagai tuan rumah untuk mengikuti IFSC World Cup Bali 2025. Pelatih tim panjat tebing Indonesia Hendra Basir menyatakan Indonesia berencana mengirim 10 atlet putra dan sembilan orang untuk putri, dalam nomor speed. Sedangkan untuk nomor bouldering, Tim Merah Putih akan diwakili masing-masing enam atlet putra dan putri.
Sementara itu, total negara peserta yang bergabung dalam piala dunia itu tercatat 30 negara dan akan bersaing di tiga nomor yakni speed climbing, lead climbing, dan bouldering climbing. ant