Tumpek Landep, Warga Datangi Perapen Pande di Denpasar untuk Menyucikan Keris

10 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
Penyucian keris bisa dilakukan secara mandiri di kediaman masing-masing. Namun, tidak jarang warga empunya keris juga mendatangi seorang pande atau empu yang menciptakan keris tersebut seperti yang tampak di Perapen Tapa Karya Tatasan, Kelurahan Tonja, Denpasar, Sabtu (22/2/2025).

Perapen yang terletak di Jalan Ratna Gang Pacar Nomor 2, Denpasar Utara tersebut sudah mulai dikunjungi warga sejak pukul 07.00 WITA. Ada warga trah pande yang sekadar sembahyang di parahyangan perapen, ada pula warga biasa empunya keris yang datang untuk menyucikan pusaka mereka.

Di antara warga empunya keris yang datang berkunjung adalah Komang Naskara Yasa, 42. Komang datang membawa keris yang diciptakan sekitar tahun 1990-an di Perapen Tapa Karya Tatasan. Setiap hari Tumpek Landep, Komang membawa keris keluarganya ke perapen milik Pande Putu Yuga Wardiana, 31, ini.

“Setiap enam bulan kami selalu ke sini. Karena dulu, keris ini dibuat di sini, sekitar tahun 1990-an,” ujar Komang, warga empunya keris yang beralamat di Jalan Suli, Denpasar ini kepada NusaBali.com ketika ditemui di perapen, Sabtu pagi.

Kata Komang, kerisnya tersebut merupakan ciptaan Empu Keris Jero Mangku Gede Pande Ketut Sandi (Alm). Empu Sandi merupakan kakek dari Pande Yuga yang meneruskan penciptaan keris di Perapen Tapa Karya Tatasan setelah sang ayah, Pande Keris I Nyoman Budiana, wafat.

Sementara itu, Pande Yuga menuturkan bahwa setiap Tumpek Landep, dirinya memang biasa melayani warga yang berkunjung ke perapen. Mereka yang datang kebanyakan merupakan empunya keris. Ada yang membawa kerisnya langsung, ada juga yang hanya memohon tirta untuk upacara di rumah masing-masing.

“Ada yang datang bukan karena kehendak pribadi. Karena ada keris-keris (karya) dari sesepuh saya yang dimiliki, kemudian mendapat petunjuk bahwa harus memohon tirta ke sini,” ungkap Pande Yuga kepada NusaBali.com ketika ditemui di sela melayani warga empunya keris, Sabtu pagi.

Di parahyangan perapen, kata Pande Yuga, berstana manifestasi Dewa Brahma yang bergelar Ida Bhatara Hyang Brahma Gati. ‘Utusan’ Dewa Brahma ini disebut menjalankan fungsi pembinaan dan penurunan ilmu dari Brahma kepada para empu dan pande yang menciptakan keris.

Selain melayani warga yang datang menyucikan keris baik secara langsung di perapen maupun memohon tirta saja, Pande Yuga juga melayani warga mengambil keris yang sudah selesai dibuat atau diperbaiki. Proses serah terima keris ini dilakukan lewat upacara mapamit.

Keris yang telah jadi tidak bisa diambil begitu saja, upacara mapamit ini wajib dilaksanakan oleh calon pemilik. Sebab, terciptanya sebilah keris tersebut atas restu dan izin Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dalam hal ini sebagai Dewa Brahma melalui perwujudan Ida Bhatara Hyang Brahma Gati.

Kata Pande Yuga, dapat dibilang proses mapamit ini sebagai pengesahan secara niskala bahwa keris telah sah berpindah tangan ke empunya. Tumpek Landep jadi hari yang baik untuk mengambil keris karena upacaranya lengkap baik kepada Hyang Widhi dan manifestasinya, untuk keris, dan untuk manusianya.

“Ada banten prayascita, sayut pasupati lengkap untuk mengupacarai keris yang dibuat di perapen. Artinya, keris berpindah tangan ke pemilik barunya itu tidak kosong. Dalam arti bukan benda biasa, melainkan sudah direstui,” tegas Pande Yuga.

Pande keris muda ini mengingat bahwa yang paling esensial saat Tumpek Landep adalah menempa diri menjadi keris. Boleh menyimpan keris sebagai pusaka, tapi harus dibarengi juga dengan manusianya yang membekali diri dengan pikiran dan se-landep (lancip) keris. *rat
Read Entire Article