ARTICLE AD BOX
Pariwisata yang ‘menjual’ kebudayaan Bali belum memberi dampak signifikan terhadap individu yang melestarikan kebudayaan tersebut. Begitu juga masyarakat Bali secara umum yang ekonominya justru lebih dominan di sektor pertanian dalam arti luas.
“Menurut saya, itu sangat tidak adil,” tegas Calon Gubernur Bali Terpilih Periode 2025-2030 Wayan Koster ketika menjadi pembicara kunci di acara Bali Signature: Drink Edition yang digelar Level 21 Mall di Denpasar, Jumat (31/1/2025).
Kata Koster, kondisi semacam ini tidak baik untuk Bali. Sebab, ketimpangan pariwisata dengan masyarakat lokal bakal menjadi sumber konflik, kecemburuan. Akhirnya, hal ini kontraproduktif untuk perkembangan pariwisata dan juga kemajuan ekonomi kerakyatan.
“Supaya tidak timpang, supaya semua merasakan kehadiran pariwisata. Kalau enggak, akan ada ketersinggungan, gap, protes sosial. Kalau ini tidak terkelola dengan baik, berat. Orang Bali terkenal dengan puputan, bisa melawan. Saya mencegah dini, itu tidak boleh terjadi,” tegas Koster.
Oleh karena itu, pariwisata sebagai sektor yang lebih mapan harus mengayomi ekonomi kerakyatan. Pariwisata bisa menjadi pasar bagi produk-produk yang dihasilkan masyarakat lokal, baik di sektor pertanian, ekraf, perikanan, dan lain-lain.
“Kalau dijumlah 6,4 juta (wisman) plus 9,8 juta (wisnus), itu hampir 17 juta. Mereka datang karena cinta Bali. Dalam ilmu ekonomi, marketing, ini kan pasar yang harus diberdayakan menjadi pemutar ekonomi lokal Bali,” tegas Koster.
Politisi kelahiran Desa Sembiran, Tejakula, Buleleng ini menilai Pulau Dewata memiliki berbagai produk yang sudah terbukti kekhasannya. Produk ini mulai dari buah-buahan, camilan, protein hewani seperti daging babi dan sapi Bali yang pasarnya lebih besar di luar Bali, dan lainnya.
Tidak ada alasan bagi produk Bali yang secara branding sudah kuat tidak bisa diterima pariwisata, kata Koster. Bahwa ada standar dan mutu yang harus diikuti, benar. Tapi, tidak boleh jadi faktor produk Bali dimarginalkan di tengah pasar pariwisatanya sendiri.
“Saya dorong (melalui Pergub Nomor 99 Tahun 2018) semua hotel di Bali menggunakan produk-produk lokal Bali. Pakai beras Bali, telur Bali, sayur Bali, jeruk Bali, salak Bali, dan produk lokal Bali lainnya,” imbuh Koster yang akan menjabat di periode keduanya mulai Februari ini.
Koster menjanjikan Pergub tentang Pemasaran dan Pemanfaat Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali ini berjalan maksimal di periode keduanya. Sebab, kata Ketua DPD PDIP Bali ini, ia tidak punya beban politik di periode kedua ini. *rat
“Menurut saya, itu sangat tidak adil,” tegas Calon Gubernur Bali Terpilih Periode 2025-2030 Wayan Koster ketika menjadi pembicara kunci di acara Bali Signature: Drink Edition yang digelar Level 21 Mall di Denpasar, Jumat (31/1/2025).
Kata Koster, kondisi semacam ini tidak baik untuk Bali. Sebab, ketimpangan pariwisata dengan masyarakat lokal bakal menjadi sumber konflik, kecemburuan. Akhirnya, hal ini kontraproduktif untuk perkembangan pariwisata dan juga kemajuan ekonomi kerakyatan.
“Supaya tidak timpang, supaya semua merasakan kehadiran pariwisata. Kalau enggak, akan ada ketersinggungan, gap, protes sosial. Kalau ini tidak terkelola dengan baik, berat. Orang Bali terkenal dengan puputan, bisa melawan. Saya mencegah dini, itu tidak boleh terjadi,” tegas Koster.
Oleh karena itu, pariwisata sebagai sektor yang lebih mapan harus mengayomi ekonomi kerakyatan. Pariwisata bisa menjadi pasar bagi produk-produk yang dihasilkan masyarakat lokal, baik di sektor pertanian, ekraf, perikanan, dan lain-lain.
“Kalau dijumlah 6,4 juta (wisman) plus 9,8 juta (wisnus), itu hampir 17 juta. Mereka datang karena cinta Bali. Dalam ilmu ekonomi, marketing, ini kan pasar yang harus diberdayakan menjadi pemutar ekonomi lokal Bali,” tegas Koster.
Politisi kelahiran Desa Sembiran, Tejakula, Buleleng ini menilai Pulau Dewata memiliki berbagai produk yang sudah terbukti kekhasannya. Produk ini mulai dari buah-buahan, camilan, protein hewani seperti daging babi dan sapi Bali yang pasarnya lebih besar di luar Bali, dan lainnya.
Tidak ada alasan bagi produk Bali yang secara branding sudah kuat tidak bisa diterima pariwisata, kata Koster. Bahwa ada standar dan mutu yang harus diikuti, benar. Tapi, tidak boleh jadi faktor produk Bali dimarginalkan di tengah pasar pariwisatanya sendiri.
“Saya dorong (melalui Pergub Nomor 99 Tahun 2018) semua hotel di Bali menggunakan produk-produk lokal Bali. Pakai beras Bali, telur Bali, sayur Bali, jeruk Bali, salak Bali, dan produk lokal Bali lainnya,” imbuh Koster yang akan menjabat di periode keduanya mulai Februari ini.
Koster menjanjikan Pergub tentang Pemasaran dan Pemanfaat Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali ini berjalan maksimal di periode keduanya. Sebab, kata Ketua DPD PDIP Bali ini, ia tidak punya beban politik di periode kedua ini. *rat